Episode IV
Episode IV
~Bernama:
Hiberera
27
Juli 2019.
Dua tahun telah berlalu
menyisahkan perjuangan yang takkan mati.
Meski dibenci dan di maki sepenuh hati.
Kau tahu kawan,kita hanyalah puing-puing kecil yang akan menjadi besar,
kelak kita berjuang kembali dan kebersamaan tak pernah pudar.
Aku tahu itu kawan,kita lahir bukan untuk mencari muka apalagi nama,
karna sesungguhnya yang terpenting adalah membantu dengan sesama.
Keluarga kecil bernama: hiberera,
karna perjuangan tak mengenal kata jera.
Umur panjang Hiberera,
dan umur panjang perjuangan di Halmahera.
Jangan henti sampai disini,
tetap melangkah mulai dari sini.
Salam Literasi!!
Salam Perjuangan!!
Meski dibenci dan di maki sepenuh hati.
Kau tahu kawan,kita hanyalah puing-puing kecil yang akan menjadi besar,
kelak kita berjuang kembali dan kebersamaan tak pernah pudar.
Aku tahu itu kawan,kita lahir bukan untuk mencari muka apalagi nama,
karna sesungguhnya yang terpenting adalah membantu dengan sesama.
Keluarga kecil bernama: hiberera,
karna perjuangan tak mengenal kata jera.
Umur panjang Hiberera,
dan umur panjang perjuangan di Halmahera.
Jangan henti sampai disini,
tetap melangkah mulai dari sini.
Salam Literasi!!
Salam Perjuangan!!
27
Juli 2017 di mana kita semua berkumpul dalam wadah yang bernama:Hiberera.
Awalnya kita hanya sekumpulan anak muda yang berandal dan sering di caci maki
para tetuah kampung karna kenakalan kita bikin rusuh. Kita hanya sekumpulan
anak muda yang tak punya karya tapi yang ada hanyalah keributan di setiap malam
di sudut pangkalan. Kita sudah di cap para tetuah sebagai anak-anak yang tak
punya masa depan karna belum memiliki kesadaran.
Tepat
bulan Maret 2017 di bulan itu membuat kita sadar betapa penting perubahan sikap
kita.
Di bulan itu tangisan,jeritan,dan teriakan menjadi amarah waktu itu,apakah kalian ingat??iya di bulan itu di mana desa yang merupakan tanah leluhur kita akan dirampas oleh parah rakusnya dalam kutip “parah monyet”. Disitulah kita sadar bahwa persatuan dan pemikiran merupakan aspek penting dalam mempertahankan tanah leluhur kita,kita semua sadar dan kita bergandeng tangan untuk menolak si monyet perampas tanah mengambil hak kita.
Di bulan itu tangisan,jeritan,dan teriakan menjadi amarah waktu itu,apakah kalian ingat??iya di bulan itu di mana desa yang merupakan tanah leluhur kita akan dirampas oleh parah rakusnya dalam kutip “parah monyet”. Disitulah kita sadar bahwa persatuan dan pemikiran merupakan aspek penting dalam mempertahankan tanah leluhur kita,kita semua sadar dan kita bergandeng tangan untuk menolak si monyet perampas tanah mengambil hak kita.
Lima
bulan berlalu masih jadi perdebatan panjang di meja pengadilan,kami parah
pemuda hanya bisa mendukung yang tua dari belakang karna pada saat itu kami
belum siap untuk maju di depan karna pengalaman dan skill belum datang.
Tepatnya di bulan juli kita pemuda bersatu dan membentuk sebuah wadah yang
bernama: Hiberera untuk tempat kita belajar bersama agar kita tak di bodohi
oleh pembodohan rezim dan perampasan ruang hidup.
Di
dukung para senior aktivis berpengalaman kami mempersiapkan amunisi untuk
melawan dan mempertahankan tanah yang akan di rampas. Dan akhirnya tepat bulan
Januari 2018 kami menang sidang dan semua warga bersorak dan menangis mau
tua,muda,remaja,dan anak-anak semua bersorak dan bersyukur atas perjuangan yang
tidak sia-sia.
Satu
tahun berlalu kami mulai membuat kegiatan sosial dan kegiatan lainnya. Kita
mulai sadar bahwa manusia adalah makhluk sosial membantu satu sama lain dan
membutuhkan satu sama lain. Seperti
filsafat seorang pahlawan nasional bernama Sam Ratulangi dengan
menggunakan bahasa minahasa”Si tou timou tumou tou” yang artinya: manusia baru
dapat disebut manusia,jika sudah dapat memanusiakan manusia. Dalam kutipan di
atas bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain itulah tujuan kita di
dalam sebuah wadah bernama: Hiberera.
Sekarang
27 juli 2019 ku persembahkan tulisan ini untuk keluarga kecilku
bernama:Hiberera sudah dua tahun kita bersama dan berjuang. Terima kasih atas
kebersamaan dan perjuangannya,Ingat kata seseorang yang sering mengajari kita
dan menegur kita”Sadar diri sadar posisi”. Teruntuk Hiberera tetap menjadi
wadah yang menggerakan literasi tak perlu cari nama dan wadah,cukup dengan hati
ikhlas kita bergerak. Salam ku dari tanah serambi madinah, Tabik!!!
“Seseorang terpelajar harus
juga belajar berlaku adil sudah sejak
dalam pikiran,apalagi perbuatan.
(Bumi Manusia Hlm:77)
(Bumi Manusia Hlm:77)
Salam literasi
Salam Aksara
Tertanda
-LisanAksara
Keren tulisannya. ditunggu episode-episode selanjutnya, hehehe
BalasHapusBtw, salam kenal ya kak, Kreta Amura